Kamis, 27 September 2012

Novel “Ketika Cinta Bertasbih”

17 09 2008
Azzam, seorang sosok pemuda sederhana yang sedang menyelesaikan
studinya di Kampus Al Azhar. Tapi karena kewajibannya sebagai anak
tertua dalam keluarga setelah bapaknya meninggal, dialah yang
menanggung kehidupan keluarganya yang ada di Solo.Jadilah
selain sebagai mahasiswa, dia juga bekerja keras untuk memenuhi
kewajibannya sebagai kepala keluarga. Agar dia bisa membantu ibunya dan
agar adik-adiknya mendapatkan pendidikan yang layak, Azzam rela
meninggalkan kuliahnya untuk sementara dan lebih berfokus untuk mencari
rezekinya dengan berjualan tempe dan bakso. Meski terkadang ada rasa
iri melihat teman-teman satu angkatannya yang sudah terlebih dahulu
lulus, bahkan ada yang hampir menyelesaikan S2-nya tapi Azzam segera
sadar kalau dia tidak sama dengan teman-temannya yang lain. Azzam lebih
dikenal sebagai tukang tempe di kalangan mahasiswa Indonesia yang
sedang kuliah di Al Azhar.Selain itu Azzam juga sering
mendapatkan undangan dari duta besar Indonesia yang ada di Mesir untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi pada acara-acara kebesaran. Jadi selain
terkenal di kalangan mahasiswa sebagai tukang tempe, Azzam juga cukup
terkenal di kalangan para duta besar. Dari sinilah Azzam mengenal sosok
Eliana.Azzam dikenal sebagai sosok yang tegas dan dewasa. Dia
sangat memegang teguh prinsip-prinsip Islam dalam kehidupan
sehari-harinya. Di kalangan teman-temannya pun Azzam menjadi panutan
dan sosok yang bisa diandalkan.Eliana, putri salah satu duta
besar Indonesia di Mesir pernah cukup memikat hatinya. Eliana adalah
sosok yang sempurna secara fisik. Putri duta besar, cantik dan salah
seorang lulusan universitas Jerman. Selain itu dia juga sedang mulai
merambah ke dunia sinetron. Bahkan dia sudah membintangi sebuah
sinetron yang cukup memikat hati para penonton di Indonesia. Tapi
prinsip-prinsip keIslaman yang Azzam pegang teguh membuat Azzam mampu
menepis perasaannya.Di sini juga Azzam untuk pertama kalinya
bertemu secara tidak sengaja dengan Anna Althafunnisa, seorang
perempuan yang hendak ia lamar tapi kemudian ditolak oleh kerabat
dekatnya Anna karena dia merasa Azzam tidak cukup pantas untuk Anna.
Azzam akhirnya mampu melanjutkan kuliahnya setelah adiknya
menyelesaikan pendidikannya. Dan setelah dia lulus dari AL Azhar dengan
nilai yang cukup memuaskan, akhirnya setelah 9 tahun terpisah dengan
keluarganya tanpa pernah pulang, dia pun pulang dan kembali ke
tengah-tengah keluarga tercintanya.Lanjutan cerita Ketika Cinta Bertasbih ini masih sangat menarik dari
segi cerita. Banyak sekali kejutan-kejutan yang dimunculkan oleh Kang
Abik baik kejutan versi kecil maupun kejutan versi besar yang tak
terduga sama sekali. Kejutan ini menurut saya sangat menarik
karena beberapa kasus sangat bertentangan dengan penggambaran karakter
yang sangat Islami. Kasus-kasus yang dimunculkan mungkin sangat tidak
terduga akan dialami oleh karakter-karakter yang digambarkan sangat
taat dengan aturan-aturan agama. Jika di seri pertama, terdapat kasus
HIV/AIDS yang pasti secara logika sangat jauh dari kehidupan seorang
mahasiswa muslim di Mesir, seri kedua ini juga menampilkan kasus-kasus
“mustahil” yang bisa dialami oleh seorang taat beragama seperti
karakter-karakter di novel ini. Penulis menjamin, kejutan-kejutan
tersebut dapat membuat para pembaca tidak akan melepaskan novel ini
sampai halaman terakhir. Perpaduan bab ke bab juga sangat apik dikemas
oleh Kang Abik. Ini dapat dilihat dari alur yang rapi dari awal sampai
akhir.Keahlian Kang Abik menulis novel dengan cerita yang bagus
dan alur yang tidak terduga pastilah tidak lagi diragukan oleh para
pencinta novel Islami di Indonesia. Cerita-cerita bagus tersebut makin
menarik minat para pembaca dengan adanya pesan-pesan moral yang lekat
didalamnya. Namun, cerita yang bagus juga harus dipadukan dengan teknik
pengeditan yang bagus pula. Karena jika tidak, sedikit atau banyak
pasti akan mengganggu pembaca.Hal inilah yang penulis rasakan
ketika membaca Ketika Cinta Bertasbih 2. Dibandingkan Ketika Cinta
Bertasbih 1, kali ini penulis menemukan banyak sekali typhoo atau salah
ketik yang terdapat di novel ini. Selain itu, banyak juga penyebutan
nama karakter yang salah. Sebagai contoh, pada situasi di mana hanya
ada Husna dan Azzam, di salah satu percakapan Azzam malah menyebutkan
nama Anna. Bayangkan ketika Anda tengah menikmati suatu alur cerita
yang seru, kemudian nama salah satu karakter di dalamnya salah dengan
menyebut nama karakter yang lain. Hal tersebut pastilah sangat
mengganggu konsentrasi dan kepuasan para pembaca.Menurut
penulis, novel yang bagus bukan hanya dilihat dari segi cerita namun
keseluruhan paket novel di mana di dalamnya juga terdapat teknik
pengeditan yang baik. Mungkin novel ini hanya bisa dibilang cukup bagus
karena paket sebuah novel yang bagus tidak bisa pembaca dapatkan di
novel ini. Menurut salah satu pembaca lain novel ini, hal tersebut
mungkin dikarenakan waktu pengerjaan yang hanya 1 bulan. Tapi hal
tersebut seharusnya tidak menjadi alasan karena pastinya pembaca tidak
akan keberatan menunggu lama untuk sebuah novel dengan paket dan
kualitas yang baik.